Innaa lillaah… Tlh brpulang Ust
Jefry al Buchori atau yang lebih dikenal dengan Uje pada Jumat, 26/04/2013
Pukul 2 Dini Hari.
Ustadz Jeffry Al Buchori yg prnah jd
Pecandu, meninggal insyaaAllah istimewa.
Berikut memoarnya… Yg ditulisnya
sendiri. Semoga bermanfaat.
Suatu hari di tahun 1992, Apih
meninggal karena sakit. Aku menyesal bukan main karena selama ini selalu
mengabaikan nasihat Apih. Menjelang kepergiannya, aku berdiri di samping tempat
tidurnya di rumah sakit sambil menangis.
Melihatku seperti itu, Apih
mengatakan,
laki-laki tak boleh menangis. Laki-laki pantang keluar air mata.
Bayangkan, bahkan di saat-saat
terakhirnya pun Apih tetap menunjukkan sikapnya yang penuh kasih padaku yang
durhaka ini.
Sore itu aku dimintanya pulang ke
rumah dan beliau memberiku ongkos. Aku menurut. Begitu aku pulang, Allah
mengambilnya.
Aku syok berat.
Saat Apih dimakamkan, aku turun ke
liang lahat dan memeluk jasadnya. Aku tak mau beranjak meski makam akan
ditutup. Aku tak mau melepas kepergiannya. Aku menyesali perbuatanku.
Selama Apih masih hidup, aku tak
pernah mau mendengarkan ucapannya.
Sejak itu, Umi membesarkan kami
berlima. Hidupku terus berjalan. Bukan ke arah yang baik, namun aku kembali ke
masa seperti dulu.
Penyesalan yang sebelumnya begitu
menghantuiku karena ditinggal Apih, seolah lenyap. Kebandelanku bahkan makin
menjadi sepeninggal Apih. Kesombonganku juga lebih besar dari sebelumnya karena
merasa berprestasi dan punya uang banyak. Tak seorang pun kudengarkan lagi
nasihatnya.
Ketika temanku menasihati, aku
mencibir. Siapa dia sampai aku harus mendengarkan ucapannya? Ucapan orang tua
saja tak kugubris.
Aku tenggelam dalam duniaku sendiri
dan jadi pecandu narkoba.
Waktu itu, aku beralasan karena ada
masalah di rumah. Padahal, sebetulnya alasan apa pun, termasuk broken home atau
teman, tidak bisa dijadikan alasan. Diri sendirilah alasannya, karena bagaimana
pun, kita lah yang menentukan semua yang terjadi pada diri kita.
Jadi, tidak perlu membawa-bawa orang
lain atau keadaan.
Namun,
kesadaran seperti ini mana mungkin muncul pada diriku yang waktu itu sangat
arogan? Aku makin jauh dari Tuhan. Padahal, sebelah rumahku ada masjid. Ketika
orang berpuasa di bulan Ramadan pun, aku tetap melakukan kemaksiatan. Lalu,
saat Lebaran tiba dan orang-orang sibuk bertakbir, aku malah sibuk mencari
celah waktu dan tempat di mana aku bisa berbuat maksiat.
Semua ilmu agama yang pernah
kupelajari dan kemampuan membaca Quran seperti hilang. Akal sehatku seperti
hilang. Kecanduanku pada narkoba juga makin parah, bahkan sampai mengalami over
dosis dan aku hampir mati. Kejahatan demi kejahatan moral terus kulakukan.
HIDUP DI JALAN ALLAH
Pelan-pelan, aku kembali dekat pada
agama. Perubahan besar terjadi dalam hidupku pada tahun 2000.
Kala itu, Fathul Hayat, kakak
keduaku yang setengah tahun silam meninggal karena kanker otak, memintaku
menggantikannya memberi khotbah Jumat di Mangga Dua. Pada waktu bersamaan, dia
diminta menjadi imam di Singapura.
Fathul memang seorang pendakwah.
Selama dia di Singapura, semua jadwal ceramahnya diberikan padaku. Pertama kali
ceramah, aku mendapat honor Rp 35 ribu. Uang dalam amplop itu kuserahkan pada
Pipik. Kukatakan padanya, ini uang halal pertama yang bisa kuberikan padanya.
Kami berpelukan sambil bertangisan.
Selanjutnya, kakakku memintaku untuk
mulai menjadi ustaz. Inilah jalan hidup yang kemudian kupilih. Betapa indah
hidup di jalan Allah.
Aku mulai berceramah dan diundang ke
acara seminar narkoba di berbagai tempat.
Namun, perjuanganku tak semudah
membalik telapak tangan. Tak semua orang mau mendengarkan ceramahku karena aku
mantan pemakai narkoba. Tapi aku mencoba sabar.
Alhamdulillah,
makin lama ceramahku makin bisa diterima banyak orang. Bahkan sekarang, aku
banyak diundang untuk ceramah di mana-mana, termasuk di luar kota dan stasiun
teve. Aku bersyukur bisa diterima semua kalangan. Aku pun ingin berdakwah untuk
siapa saja. Aku ingin punya majelis taklim yang jemaahnya waria. Mereka, kan,
juga punya hak untuk mendapatkan dakwah.
Kebahagiaan kami bertambah ketika
tahun 2000 itu, lahir anak pertama kami, Adiba Kanza Az-Zahra. Dua tahun
kemudian, anak kedua Mohammad Abidzan Algifari juga hadir di tengah kami.
Mereka, juga istriku, adalah
inspirasi dan kekuatan dakwahku. Kehidupan kami makin lengkap rasanya.
Sampai sekarang, aku masih terus
berproses berusaha menjadi orang yang lebih baik.
Semoga, kisahku ini bisa jadi bahan
pertimbangan yang baik untuk menjalani hidup.
Pesanku, cintailah Tuhan dan
orangtuamu, serta pilihlah teman yang baik.
Catatan dari saya (Yusuf Mansur),
bi-idznillaah …
Tambahan ini, adalah terjemahan
bebas dari Qs. Al Furqoon, ayat 21-29. Baiknya, liat lengkap lsg di al Qur’an
+terjemahannya, +surah Qoof, al Qomar, dan juz 29-30, u/ menghidupkan hati. Jgn
lupa, doa, mendoakan, &minta doa):
“Dan orang2 yg tdk mengharapkan
prtemuan dg Kami (di akhirat) brkata: Mengapa bukan para malaikat yg diturunkan
kpd qt (Jgn ngirimkan Rasul). Atau mengapa qt tdk mlihat Tuhan qt? Sungguh, mrk
tlh menyombongkan diri mrk&bnr2 tlh melampaui batas (dlm melakukan
kesalahan, maksiat, dosa, kezaliman, kesalahan).
(Ingatlah) pd hr (ktika) mrk (bnr2)
mlihat para malaikat (di hari akhir), pd hr itu tdk ada kbr gmbira bg orang2 yg
brdosa & mrk brkata: hijram mahjuuraa (ucapan yg diucapkan orang Arab ktika
menemui musuh yg tdk dpt lg dielakkan, atau ktika akan ditimpa bencana yg tdk
dpt dihindari. Ungkapan ini jg brarti: semoga Allah mnghindarkan bahaya ini
dari saya (tp udah prcuma, sbb diucapkannya di hr akhir).
Dan Kami akan prlihatkan sgl amal yg
mrk krjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yg beterbangan.
Penghuni2 surga pd hr itu paling
baik tmpt tinggalnya & paling indah tmpt istirahatnya.
Dan (ingatlah) pd hr (ketika) langit
pecah, mengeluarkan kabut putih, ¶ malaikat diturunkan gelombang
bergelombang (diturunkan besar2an).
Kerajaan yg mutlak pd hr itu adlh
milik Allah Yg Mh Pengasih. Dan itulah hr yg sulit bg orang2 kafir.
Dan (ingatlah) pd hr (ketika) orang2
zalim menggigit 2 jarinya (menyesali perbuatannya) seraya brkata, “Wahai
sekiranya (dulu) aku mengambil jln brsm Rasul.
Wahai celaka aku! Coba (dulu) aku
tdk mnjadikan si Fulan itu teman akrabku (bs jg diartikan: syetan).
Sungguh, tmnku (atau bs dimaksudkan:
syetan) tlh mnyesatkan aku dari pringatan (al Qur’an) ktika (al Qur’an) itu tlh
dtg kpdku. Dan syetan mmng pengkhianat manusia.
(Qs. Al Furqoon: 21-29).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar